Garis Besar Isi Buku
STUDI TENTANG
KONDISI PASAR DAN PROSPEK
INDUSTRI
OBAT HEWAN DI INDONESIA, 2014
Outline of Book Contents
STUDY ON THE MARKET CONDITIONS AND PROSPECTS OF
VETERINARY DRUGS INDUSTRY IN INDONESIA, 2014
INDONESIA OR ENGLISH VERSION
Pelanggan yang kami cintai! Salam sejahtera.
Semoga kita semua ada dalam lindungan
Tuhan!
Latar
Belakang Commercial Global Data Research
(CDR)
Kami
adalah sebuah lembaga konsultan, survey, riset dan pelaporan di bidang riset
data secara global, menyajikan berbagai informasi bisnis aktual yang meliputi
sektor industri manufaktur, pertambangan, perbankan, asuransi, studi kelayakan,
dan jasa riset lainnya.
Kami
hadir sebagai mitra konsultan anda, untuk memberikan informasi aktual yang anda
perlukan guna menentukan arah kebijakan dalam mengembangkan usaha anda. Salah satu produk buku studi yang kami
tawarkan kepada anda adalah: “Buku Studi
tentang Kondisi Pasar dan Prospek Industri Obat Hewan di Indonesia, 2014.
Kami
tawarkan buku tersebut kepada anda seharga Rp.
7.000.000 (Tujuh juta rupiah) dalam versi Bahasa Indonesia, dan US$ 850 (Delapan ratus lima puluh dolar) dalam versi Bahasa Inggris guna
membantu para pelaku bisnis pada industri obat hewan, membantu para Investor,
membantu pihak perbankan atau kreditor, dan pihak lainnya yang terkait, dengan
cara melihat perkembangan industri obat hewan saat ini, melihat peta kekuatan
diantara para pesaing/partner anda, baik pesaing dari luar negeri maupun dalam
negeri, mempelajari perkembangan ekspor dan impor, mengetahui hambatan dan
peluang, mengetahui pangsa pasar serta informasi lainnya yang perlu anda
ketahui. (terlampir contoh Profil
Perusahaan).
Seberapa
besar kontribusi perusahaan anda dalam meningkatkan kapasitas produksi/suplai
guna memenuhi pesanan dari para buyer baik lokal maupun internasional, dan
diharapkan dengan memiliki buku ini, usaha anda menjadi lebih produktif,
efisien, lebih maju dan bersaing secara sehat.
Kata
Pengantar
Menyinggung
tentang pembangunan nasional di Indonesia saat ini, bidang peternakan mempunyai
peranan yang cukup penting sebagai salah satu usaha menyediakan sumber protein
hewani di bidang pangan. Untuk dapat menyediakan sumber protein hewani yang
baik dari segi jumlah maupun mutu diperlukan usaha peningkatan produksi
peternakan. Usaha peningkatan produksi peternakan tidak dapat dipisahkan dari
usaha peningkatan kesehatan hewan. Disamping ketergantungan pada faktor faktor
lain, penyediaan obat hewan yang memadai baik ditinjau dari segi jumlah dan
mutu merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan di bidang kesehatan
hewan.
Obat
hewan adalah sediaan yang dapat digunakan untuk mengobati hewan, membebaskan
gejala atau memodifikasi proses kimia dalam tubuh yang meliputi sediaan biologik,
farmakoseutika, premix, dan sediaan alami. Dalam pembuatannya proses kegiatan
pengolahan dilakukan dengan pencampuran dan pengubahan bentuk bahan baku obat
hewan menjadi obat hewan. Obat hewan yang telah jadi kemudian didistribusikan
ke masyarakat melalui pelaku kesehatan hewan, seperti dokter hewan dan
inseminator. Proses kegiatan pengadaan obat-obatan badan usaha milik negara
atau milik daerah, swasta atau koperasi. Semua ini dilakukan untuk
mengoptimalkan kemampuan hewan untuk berproduksi dan berkembang biak.
Klasifikasi
obat hewan cukup banyak, dalam perundang-undangan obat hewan digolongkan dalam
sediaan biologik, farmasetik, premix dan alami.
1) Sediaan biologik terdiri dari: vaksin,
sera (anti sera) dan bahan diagnostika biologik. Vaksin adalah sediaan biologik
yang digunakan untuk menimbulkan kekebalan terhadap satu penyakit hewan.
Sedangkan Sera (anti sera) adalah sediaan biologik berupa serum darah yang
mengandung zat kebal berasal dari hewan dipergunakan untuk mencegah,
menyembuhkan atau mendiagnosa penyakit pada hewan yang disebabkan oleh bakteri,
virus atau jasad renik lainnya dengan maksud untuk meniadakan daya toksinnya.
Dan bahan diagnostika biologik adalah sediaan biologik yang digunakan untuk
mendiagnosa suatu penyakit pada hewan.
2) Sediaan farmasetik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (1) meliputi antara lain: vitamin, hormon, antibiotika dan
kemoterapetika lainnya, obat antihistaminika, antipiretika, anestetika yang
dipakai berdasarkan daya kerja farmakologi.
3) Sediaan premiks sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (1) meliputi: imbuhan makanan hewan dan pelengkap makanan
hewan yang dicampurkan pada makanan hewan atau minuman hewan. Yang dimaksud
pelengkap makanan hewan (feed supplement)
adalah suatu zat yang secara alami sudah terkandung dalam makanan hewan tetapi
jumlahnya perlu ditingkatkan melalui pemberian bersama makanan hewan, misalnya
vitamin, mineral dan asam amino. Yang dimaksud imbuhan makanan hewan (feed additive) adalah suatu zat yang
secara alami tidak terdapat pada makanan hewan dan tujuan pemakaiannya terutama
sebagai pemacu pertumbuhan. Suatu zat baru dapat dipergunakan sebagai feed additive setelah melalui pengkajian
ilmiah, misalnya antibiotika tertentu, antara lain basitrasina, virginiamisina
dan flavomisina.
4) Sediaan alami adalah golongan obat
alami meliputi obat asli Indonesia (dalam negeri) maupun obat asli dari negara
lain untuk hewan yang tidak mengandung zat kimia sintesis dan belum ada data
klinis serta tidak termasuk narkotika atau obat keras dan khasiat serta
kegunaannya diketahui secara empiris (hasil pengalaman atau percobaan sendiri).
Setelah
obat diklasifikasikan berdasarkan golongannya ditentukan juga beberapa tujuan
pengobatan seperti di bawah ini:
1) Menetapkan
diagnosa, mencegah, menyembuhkan dan memberantas penyakit hewan. Diagnosa
adalah semua kegiatan baik individu maupun kelompok, di lapangan maupun di laboratorium
dalam upaya menentukan jenis atau penyebab suatu penyakit hewan. Mencegah
penyakit hewan adalah semua tindakan untuk mencegah timbulnya, berjangkitnya
dan menjalarnya kasus penyakit hewan. Menyembuhkan adalah semua tindakan yang
dilaksanakan dengan cara pemberian obat hewan untuk mengembalikan kondisi
fisiologi hewan menjadi normal. Sedangkan fisiologi adalah suatu keadaan dimana
semua organ tubuh hewan dapat berfungsi seimbang. Memberantas penyakit hewan
adalah semua tindakan untuk menghilangkan timbulnya atau terjadinya,
berjangkitnya dan menjalarnya kasus penyakit hewan.
2) Mengurangi
dan menghilangkan gejala penyakit hewan;
3) Membantu
menenangkan, memati-rasakan, etanasia, dan merangsang hewan. Etanasia adalah
suatu upaya seorang dokter hewan untuk meringankan penderitaan hewan sakit yang
tidak dapat disembuhkan, dengan cara membunuhnya;
4) Menghilangkan
kelainan atau memperelok tubuh hewan;
5) Memacu
perbaikan mutu dan produksi hasil hewan;
6) Memperbaiki
reproduksi hewan. Yang dimaksud dengan reproduksi hewan adalah perkembangbiakan
hewan. Memperbaiki reproduksi hewan berarti memperbaiki berbagai faktor yang
mempengaruhi perkembangbiakan hewan. Contoh: menekan penyakit kemajiran,
menanggulangi penyakit alat perkembang biakan hewan besar.
Perkembangan
yang sangat pesat di bidang peternakan pada umumnya dan kesehatan hewan pada
khususnya perlu diimbangi dengan perkembangan di bidang obat hewan dengan
tingkat yang sejajar. Pesatnya dengan perkembangan di bidang kesehatan hewan
tersebut di atas, perlu diimbangi pula dengan pembinaan dan pengaturan
sebaik-baiknya terhadap kegiatan pembuatan, penyediaan, peredaran dan
pemakaiannya.
Semua
itu telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 Tahun
1992 tentang Obat Hewan pada pasal 1, sebagai berikut:
1. Obat
hewan adalah obat yang khusus dipakai untuk hewan.
2. Pembuatan
adalah proses kegiatan pengolahan, pencampuran dan pengubahan bentuk bahan baku
obat hewan menjadi obat hewan. Dalam pengertian kegiatan pengolahan, pencampuran
dan pengubahan bentuk dapat bersifat kumulatif maupun masing masing berdiri
sendiri yang diikuti dengan kegiatan pengisian dan pengemasan. Pengertian bahan
baku obat hewan pada umumnya adalah semua bahan atau zat kimia yang berupa
bahan aktif, bahan tambahan dan bahan penolong yang digunakan untuk membuat
obat hewan. Namun demikian ada bahan baku sebagai bahan aktif yang dalam
keadaan belum/tidak dicampur dengan bahan lain merupakan obat hewan, apabila
telah dikemas dan diberi penandaan "obat hanya untuk hewan”.
3. Penyediaan
adalah proses kegiatan pengadaan dan/atau pemilikan dan/atau penguasaan
dan/atau penyimpanan obat hewan di suatu tempat atau ruangan dengan maksud
untuk diedarkan. Pengertian pengadaan meliputi produksi dalam negeri maupun impor.
4. Peredaran
adalah proses kegiatan yang berhubungan dengan perdagangan, pengangkutan dan
penyerahan obat hewan.
5. Badan
Usaha adalah badan usaha milik negara atau milik daerah, swasta atau koperasi.
6. Menteri
adalah Menteri yang bertanggung jawab dalam bidang Kesehatan Hewan.
Pengaturan
itu pun harus jelas seperti: siapa saja yang berhak menyediakan bahan baku,
membuat sampai yang mendistribusikannya. Seperti peredaran obat hewan, dulu
pendistribusian obat dilakukan oleh dokter hewan karena merupakan keahlian
khusus di bidang kesehatan hewan, pencegahan dan pengobatannya, namun sekarang
telah banyak kasus mal praktik seperti mantri manusia yang ikut andil dalam
pengobatan hewan. Demi berkembang pesatnya peternakan dan pemuliaan hewan,
pemerintah melakukan sertifikasi kepada lulusan dokter hewan yang ingin
melakukan praktek di lapangan yang bertujuan menghindari mal praktik yang akan
merugikan banyak orang. Adapula penyalahgunaan dalam pelaksanaan pemotongan
hewan, bahwasannya yang dapat dipotong adalah ternak jantan atau betina afkir
dan bila dilakukan pemotongan ternak betina produktif akan dikenakan denda
sesuai dengan peraturan pemerintah dibawah ini.
Hal
seperti ini telah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun
2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, Pasal 51 ayat 2 dan 3 sebagai
berikut:
1) Pemakaian
obat keras harus dilakukan oleh dokter hewan atau tenaga kesehatan hewan di
bawah pengawasan dokter hewan;
2) Setiap
orang dilarang menggunakan obat hewan tertentu pada ternak yang produknya untuk
dikonsumsi manusia.
Pada
kasus ini, siapa saja yang melakukan pendistribusian obat hewan bukan merupakan
dokter hewan, mantri, veteriner dan inseminator dilarang melakukan penggunaan
obat hewan termasuk di dalamnya pendistribusian. Dan sanksi yang diberikan
untuk orang yang melakukan pelanggaran berupa sanksi administrasi dan sanksi
pidana, sanksi administrasi Pasal 51 ayat (2) adalah sebagai berikut:
1) Peringatan
secara tertulis;
2) Penghentian
sementara dari kegiatan kproduksi, dan atau peredaran;
3) Pencabutan
nomor pendaftaran dan penarikan obat hewan, pakan, alat dan mesin atau produksi
hewan dari peredaran;
4) Pencabutan
izin;
5) Pengenaan
denda, dikenakan pada setiap orang yang:
a. Penyembelihan
hewan ruminansia kecil betina produktif paling sedikit sebesar Rp1.000.000 dan
paling banyak 5.000.000.
b. Menyembelih
ternak ruminansia besar yang masih produktif paling sedikit Rp5.000.000 -
25.000.000.
c. Pelanggaran
selain di atas seperti penyalahgunaan obat hewan mendapatkan denda Rp 5.000.000
- 500.000.000.
Sedangkan
ketentuan pidana pasal 51 ayat (3) sebagai berikut: Setiap orang yang
menggunakan obat hewan tertentu pada ternak yang produknya untuk dikonsumsi
manusia sebagaimana dimaksudkan pasal 51 ayat (3), dipidana dengan pidana
kurungan 3 bulan - 6 bulan dan/atau denda antara Rp50.000.000 -500.000.000,
sesuai dengan tingkat kesalahan yang dilakukan.
Pemerintah
Republik Indonesia melakukan pengawasan terhadap semua kegiatan dengan tujuan
meminimalkan penyalahgunaan dan penyimpangan-penyimpangan yang akan merugikan
banyak pihak. Pengawasan terhadap pembuatan, penyediaan, peredaran dan
pemakaian obat hewan dilakukan secara berkala oleh dokter hewan pengawas obat
hewan.
Pengawasan
obat hewan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, pejabat pengawas obat hewan
berwenang untuk melakukan pemeriksaan terhadap dipenuhinya ketentuan perizinan
usaha pembuatan, penyediaan dan peredaran obat hewan. Dan melakukan pemeriksaan
terhadap cara pembuatan obat hewan yang baik. Yang dimaksud dengan cara
pembuatan obat hewan yang baik (good
manufacturing practices) adalah sistem yang berkaitan dengan pembuatan obat
hewan.
Prosedur
pelayanan yang dilakukan dalam pengawasan adalah:
a. Dokter
hewan, pengawas obat hewan mendatangi tempat peredaran obat hewan;
b. Dokter
hewan, pengawas obat hewan memasuki halaman, semua ruangan dan tempat lain yang
dipergunakan dalam penjualan obat hewan;
c. Mengadakan
pemeriksaan dokumen;
d. Melakukan
pemeriksaan terhadap peralatan yang digunakan, tempat penyimpanan, jenis dan
jumlah obat dan kebersihan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
e. Memeriksa
dan atau mengambil contoh obat hewan untuk diperiksa mutunya.
f. Melakukan
evaluasi secara rutin terhadap kegiatan peredaran obat hewan.
DAFTAR
ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
1.2.
Tujuan dan ruang lingkup
1.3.
Sumber data dan informasi
BAB
II PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENDUDUK
INDONESIA
2.1. Pertumbuhan
PDB tahun 2013 mencapai 5,78 persen
2.1.1. Pertumbuhan ekonomi tahun 2013
2.1.2. Pertumbuhan ekonomi Triwulan IV-2013
2.1.3. Struktur
PDB menurut lapangan usaha, Tahun 2011−2013
2.1.4. PDB
menurut pengeluaran
2.1.5. PDB dan Produk Nasional Bruto (PNB) per kapita
2.2. Perkembangan indeks harga konsumen/inflasi
2.2.1. Uraian
menurut kelompok pengeluaran
2.2.2. Perbandingan
inflasi tahunan
2.2.3. Perbandingan
antar kota
2.2.4. Inflasi
komponen inti Maret 2014
2.2.5. Inflasi
komponen energi Maret 2014
2.3. Pertumbuhan penduduk Indonesia
2.3.1. Jumlah
dan Laju Pertumbuhan Penduduk
BAB
III INOVASI RISET DAN PENGEMBANGAN OBAT HEWAN
BAB
IV OBAT HEWAN DIDUKUNG SEKTOR PENGGUNANYA
4.1. Perkembangan produksi hasil peternakan
4.2. Perkembangan populasi peternakan
4.3. Perkembangan
peternakan unggas
4.3.1. Deskripsi produk
4.3.2. Produsen dan kapasitas produksinya
4.3.3. Industri peternakan terintegrasi
4.3.4. Peternakan rakyat sebagai mitra
4.3.5. Jenis pola kemitraan
4.3.6. Produksi ayam pedaging dan petelur meningkat
4.3.7. Provinsi Jawa Barat merupakan peternakan ayam terbesar
4.3.8. Pemain utama
4.3.9. Populasi ayam tumbuh 6,78% per tahun
4.4. Prospek
dan arah pengembangan agribisnis unggas
4.4.1. Kondisi agribisnis unggas
4.4.1.1. Usaha budidaya
4.4.1.2. Memanfaatkan
peluang pasar
4.4.1.3. Pasar
dan harga
4.4.2. Potensi dan arah pengembangan
4.4.2.1. Potensi
4.4.2.2. Arah
pengembangan
4.4.3. Tujuan dan sasaran
4.4.4. Kebijakan, strategi dan program
4.4.4.1. Kegiatan on-farm
4.4.4.2. Kegiatan
Off-farm
4.4.4.3. Kebijakan
Pemerintah
4.4.5. Pemasaran dan perdagangan
4.4.6. Strategi
4.4.7. Program
4.4.8. Roadmap
pengembangan
komoditas unggas
4.4.9. Kebutuhan
investasi perunggasan
4.4.9.1. Investasi
masyarakat
4.4.9.2. Investasi
Swasta
4.4.9.3. Investasi
Pemerintah
4.4.10. Kebijakan
pendukung
4.4.11. Kebutuhan
vitamin pada ayam petelur
4.5. Pengembangan
ternak ruminansia potong ke arah swasembada daging
4.5.1. Kondisi permasalahan di lapangan
4.5.2. Peningkatan produktivitas ternak
4.5.3. Peningkatan kualitas dan kuantitas hijauan makanan
ternak
4.5.4. Kesehatan ternak
4.5.5. Pengembangan ternak ruminansia potong ke arah swasembada
daging
4.5.6. Program pembangunan industri ternak ruminansia
potong dimasa mendatang
4.5.7. Peningkatan produktivitas dan pembibitan ternak
4.5.8. Kuantitas dan kualitas hijauan pakan ternak perlu ditingkatkan
4.5.9. Struktur industri sapi potong perlu dikembangkan
4.5.10. Penerapan bio-security terhadap kesehatan dan
keamanan produk ternak ruminansia potong
4.6. Perkembangan
ternak kerbau
4.6.1. Populasi
kerbau dalam program swasembada daging sapi
4.6.2. Alokasi
kawasan peternakan dalam tata ruang daerah
4.6.3. Peternakan
dalam kawasan lindung
4.6.4. Kawasan terintegrasi
4.6.5. Strategi pengembangan
4.6.6. Strategi
pengembangan
4.6.7. Perkembangan
populasi kerbau
4.7. Perkembangan
populasi kuda
4.8. Perkembangan
populasi sapi potong
4.9. Perkembangan
populasi sapi perah
BAB V BAHAN BAKU
OBAT HEWAN
5.1. Indonesia masih impor 55%
bahan baku obat hewan
5.2. ASOHI : Haruskah bahan baku obat hewan
diregistrasi?
5.3. Monitoring dan surveilans cara pembuatan obat
hewan yang baik (CPOHB)
5.3.1. Daftar produsen obat hewan yang sudah melakukan
proses CPOHB
5.3.2. Sebaran produsen obat hewan
5.3.3. Daftar produsen obat hewan yang sudah memenuhi persyaratan dan sudah menerima sertifikat CPOHB
5.4. Rekomendasi penerbitan pengeluaran dan
pemasukan bahan baku
5.4.1. Daftar penerbitan rekomendasi pengeluaran
(ekspor) menurut produk dan nama perusahaan
5.4.2. Daftar penerbitan rekomendasi pemasukan (impor)
menurut produk dan nama perusahaan
BAB
VI PERSYARATAN KESEHATAN HEWAN DAN
SANITASI PRODUK HEWAN
6.1. Persyaratan kesehatan hewan dan sanitasi produk hewan ekspor
6.1.1. Persyaratan kesehatan untuk hewan kesayangan
6.1.2. Persyaratan sanitasi untuk sarang burung wallet
6.1.3. Persyaratan sanitasi untuk bahan baku kulit
6.1.4. Persyaratan sanitasi untuk bulu bebek
6.2. Persyaratan kesehatan hewan dan sanitasi
produk hewan impor
6.2.1. Persyaratan kesehatan untuk hewan kesayangan
6.2.2. Manual persyaratan kesehatan untuk sapi bibit
6.2.3. Manual persyaratan sanitasi untuk daging
6.3. Persyaratan kesehatan untuk importasi daging
ke dalam negara Indonesia
6.3.1. Persyaratan pemasukan daging
6.3.2. Tata cara pemasukan daging
6.3.3. Prosedur pemasukan produk pangan hewani
(berdasarkan SK. Dirjenak No. 71/TN.690/Kpts/DJP/Deptan/2000, 30 Juni 2000)
6.4. Persyaratan sanitasi untuk susu, susu bubuk,
produk susu dan krim susu
6.4.1. Persyaratan kesehatan untuk importasi susu,
susu bubuk, produk susu dan krim ke dalam negara Indonesia
6.5. Persyaratan sanitasi untuk pakan hewan jadi
(pakan hewan kering dan kalengan) yang digunakan sebagai pakan hewan kesayangan
6.5.1. Persyaratan kesehatan untuk importasi pakan
hewan jadi (pakan hewan kering dan kalengan) yang digunakan sebagai pakan hewan
kesayangan ke dalam negara Indonesia
6.6. Persyaratan sanitasi untuk bahan baku pakan
asal hewan (tepung tulang dan daging/daging/tulang/tanduk/darah dari sapi, kambing, domba, dan rusa serta
tepung, unggas/bulu unggas)
6.7. Persyaratan sanitasi untuk bulu ruminansia (wool) yang digunakan untuk keperluan
industry
6.8. Persyaratan sanitasi untuk raw hide / skin (wet / dry salted) yang digunakan untuk
keperluan industri
6.8.1. Persyaratan kesehatan untuk importasi bahan
baku kulit ke dalam negara Indonesia
6.9. Persyaratan sanitasi untuk wet blue/crust/finished leather yang
digunakan untuk keperluan industri
6.9.1. Persyaratan kesehatan untuk importasi bahan
baku kulit ke dalam negara Indonesia
6.10. Daftar obat ikan, golongan, indikasi dan
produsennya
6.11. Daftar produsen
perikanan
6.12. Daftar produsen hatchery dan
kapasitasnya
6.13. Daftar produsen pakan ikan dan merknya
BAB VII STATISTIK
PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
7.1. Nilai ekspor
dan impor sub sektor peternakan
7.2. Produksi daging nasional
7.3. Poultry meat production,
2009-2013
7.4. Potensi
produksi DOC Broiler, 2010-2014
7.5. Konsumsi
karkas, 2013-2018
7.6. Kebijakan pemerintah bidang perunggasan
7.7. Regulasi peternakan dan kesehatan hewan
7.8. Cara
penghitungan DOC
7.9. Parameter
teknis ayam broiler
7.10. Parameter
teknis ayam layer
7.11. Cara
penghitungan produksi DOC FS
7.12. Potensi produksi DOC FS, 2011-2014
7.13. Potensi
Produksi DOC FS Broiler dan Layer per minggu, 2012–2013
7.14. Potensi produksi livebird dan karkas broiler, 2011-2014
7.15. Contoh sistem
belah ketupat pada penghitungan ayam ras
7.16. Perkembangan
impor DOC
7.17. Target dan
realisasi produksi vaksin, 2013
7.18. Perkembangan
produksi vaksin, antigen dan biologis lain, 2004-2012
BAB VIII EKSPOR –
IMPOR OBAT HEWAN
8.1. Perkembangan
ekspor obat hewan Indonesia
8.2. Persyaratan ekspor - impor produk kesehatan
8.2.1. Persyaratan
kesehatan untuk pemasukan hewan menurut produk ke Indonesia
8.2.2. Persyaratan
kesehatan untuk impor hewan menurut produk ke
Indonesia
8.2.3. Persyaratan kesehatan untuk pemasukan hewan
menurut produk ke Indonesia
8.2.4. Persyaratan kesehatan
untuk impor produk hewan ke Indonesia
8.2.5. Persyaratan kesehatan untuk impor sapi bakalan dari
Australia ke Indonesia
8.2.6. Persyaratan kesehatan untuk pemasukan hewan dan produk hewan ke Indonesia dari Australia
8.2.7. Persyaratan kesehatan
untuk pemasukan hewan dan produk ke Indonesia dari
Selandia Baru
8.2.8. Persyaratan kesehatan
untuk impor produk hewan (Tepung Ikan) ke Indonesia
8.2.9. Persyaratan
kesehatan untuk impor sapi bakalan dari Australia ke Indonesia
8.2.10. Persyaratan kesehatan
untuk impor produk hewan ke Indonesia dari USA
8.2.11. Persyaratan kesehatan
untuk pemasukan frozen semen dari sapi (dari Australia ke Indonesia)
8.2.12. Persyaratan kesehatan
untuk impor semen beku sapi dari Selandia Baru ke Indonesia
8.2.13. Persyaratan kesehatan
untuk impor semen beku sapi dari USA ke Indonesia
8.2.14. Persyaratan kesehatan
hewan untuk impor embrio beku sapi dari Australia ke Indonesia
8.2.15. Persyaratan kesehatan
hewan untuk impor embrio beku sapi dari Selandia Baru ke Indonesia
8.2.16. Persyaratan kesehatan
hewan untuk impor embrio beku sapi dari Amerika
Serikat ke Indonesia
8.2.17. Persyaratan kesehatan
untuk impor semen beku sapi dari Australia ke Indonesia
8.2.18. Persyaratan kesehatan
untuk impor semen beku sapi dari Selandia Baru ke Indonesia
8.2.19. Persyaratan kesehatan untuk impor semen beku sapi dari
USA ke Indonesia
8.2.20. Persyaratan kesehatan
hewan untuk impor embrio beku sapi dari Australia ke Indonesia
8.2.21. Persyaratan kesehatan hewan untuk impor embrio beku sapi
dari Selandia Baru ke Indonesia
8.2.22. Persyaratan kesehatan
hewan untuk impor embrio beku sapi dari Amerika
Serikat ke Indonesia
8.3. Daftar nama perusahaan obat
hewan dan produk yang diimpornya
8.4. Perkembangan ekspor-impor obat hewan
8.4.1. Ekspor
komoditi pertanian sektor obat hewan per bulan, 2012-2014
8.4.2. Ekspor
obat hewan berdasarkan Kode HS, 2012-2014
8.4.3. Ekspor
obat hewan berdasarkan negara tujuan, 2012-2014
8.4.4. Ekspor
komoditi pertanian sub sektor peternakan, 2012-2014
8.4.5. Total
ekspor komoditi pertanian per negara, 2012-2014
8.4.6. Impor
komoditi pertanian sub sektor peternakan (obat hewan), 2012-2014
8.4.7. Impor komoditi
pertanian sub sektor peternakan (obat hewan) per bulan, 2012-2014
8.4.8. Keragaan
impor komoditi pertanian sub sektor peternakan, 2012-2014
8.4.9. Impor
obat hewan per negara asal, 2012-2014
8.4.10. Impor obat hewan berdasarkan negara per
komoditas per pelabuhan bongkar, 2013
8.4.11. Total
impor komoditi pertanian per negara, 2012-2014
8.5. Ekspor
obat hewan Indonesia meningkat berkat kerjasama DITKESWAN dan ASOHI
8.5.1. Kerjasama antara KESWAN dengan ASOHI
8.5.2. Peranan BBPMSOH
8.5.3. Kebijakan CPOHB
8.6.4. Perlu adanya kebijakan pada saat wabah avian
influenza
8.6. Keterbatasan
infrastruktur dan suprastruktur pada industri obat hewan Indonesia
BAB IX KONDISI
PASAR
9.1. Perlunya
inovasi baru pada industri obat hewan Indonesia
9.2. Obat hewan Indonesia rambah pasar dunia
9.3. ASOHI produksi
vaksin flu burung
9.4. Perlu adanya
pembinaan bagi pengedar obat hewan illegal
9.5. Pangsa pasar obat hewan di Indonesia
9.7. Kaitan otonomi
daerah dengan perkembangan obat
hewan
9.8.1. Obat hewan
sebagai imbuhan pakan
9.8.2. Permasalahan
mikotoksin pada pakan
9.8.3. Meat and bone meal pada pakan
9.8.4. Kontaminan
lain pada pakan
9.8.5. Peredaran
pakan perlu pengawasan
9.8.6. Pakan harus
diyakini bebas dari cemaran
9.9. Beredarnya
zat aktif antibiotic di kalangan peternak telah menyalahi aturan CPOHB
9.9.1. Obat
generik vs obat paten
9.9.2. Obat hewan
vs obat manusia
9.10. Pemanfaatan
obat herbal untuk hewan
9.11. Produktivitas
ternak dapat ditingkatkan dengan obat hewan yang tepat
9.12.1. Trend sosial
9.12.2. Trend
kebutuhan dokter hewan
9.12.3. Dokter hewan
di pemerintahan
9.12.4. Dokter hewan
di industri
9.12.5. Dokter hewan
praktek swasta
9.13. Obat
hewan harus cocok untuk ternak dan aman bagi manusia
9.14. Daftar golongan obat hewan berdasarkan
farmakologi
9.15. Daftar produsen/produsen merangkap distributor obat hewan
9.16. Daftar importir/importir merangkap distributor obat hewan
9.17. Daftar withdrawal time obat
hewan
9.18. Index produk biologic
9.18.1. Vaksin unggas
9.18.2. Vaksin ternak
9.18.3. Vaksin hewan
kesayangan dan hewan air
9.18.4. Index obat
hewan generic
9.19. Index obat hewan berdasarkan kelompok hewan
9.20. Produksi vaksin, antigen dan biologis Pusvetma, 2004-2012
9.21. Target dan realisasi produksi vaksin/antingen, 2013
9.22. Jumlah populasi unggas dan cakupan vaksinasi
9.23. Harga obat ternak
9.24. Beberapa jenis tanaman obat yang digunakan sebagai obat (jamu) untuk
ayam lokal
9.24.1. Alur proses
pembuatan jamu hewan
9.25. Profil industri vaksin di Indonesia
9.25.1. Pentingkah
vaksinasi?
9.25.2. Keputusan untuk vaksinasi atau tidak
9.25.3. Sejarah
vaksin
9.25.4.
Program vaksinasi
9.25.5. Cara vaksinasi pada ternak ayam ras
9.25.6. Pengembangan vaksin lokal
9.25.7. Jenis vaksin
9.25.8. Pemilihan produk vaksin
9.25.9. Isolat sebagai masterseed
9.25.10. Produksi vaksin secara masal
9.26. Bahan dasar vaksin
9.26.1. Biologi vaksin
9.26.2. Respon kekebalan
9.26.3. Aspek produk
9.26.4. Aspek target
9.27. Daftar
obat dan dosisnya untuk anjing dan kucing
9.28. Medion
berkiprah sebagai produsen vaksin hampir 16 tahun
9.28.1. Perkembangan Medivac
9.28.2. Fasilitas dan sistem produksi
9.28.3. Sarana pengiriman dan cara vaksinasi yang
tepat menjadi faktor penentu keberhasilan penggunaan vaksin
9.28.4. Medivac telah diakui oleh peternak di
Asia-Afrika
9.29. Persaingan bisnis obat hewan semakin meningkat
9.30. Peranan penting antibiotika dalam industri perunggasan
9.30.1. Penggunaan antibiotika dalam pakan
9.30.2. Penggunaan antibiotika pada peternakan
pembibitan
9.31. Peluang
pasar global ditunjang kebutuhan pasar dunia terhadap obat hewan
9.31.1. Pasar dalam negeri
9.33. Penilaian kelayakan izin usaha produsen obat
hewan
9.34. Perunggasan
penyumbang terbesar terhadap PDB Pertanian
9.36. Pengakuan internasional terhadap produk vaksin hewan
9.37. Tahun 2013, vaksin flu burung telah diproduksi
5 juta dosis
9.38. Penggunaan
obat generik untuk hewan
9.37.1. Dosis obat
generik
9.39. Katalog
vitamin ayam layer (petelur)
9.40. Vitamin
ayam broiler (ayam pedaging)
9.41. Antibiotik untuk meningkatkan pertumbuhan ternak
9.42. Strategi pengendalian penyakit unggas dan
dukungan teknologi veteriner
9.42.1. Macam-macam penyakit menular pada ayam
9.42.2. Strategi pengendalian penyakit unggas (ayam)
9.43. Pengendalian penyakit reproduksi dan parasit
pada sapi
9.45. Pembangunan peternakan dan kesehatan hewan
Indonesia
9.45.1. Pengembangan pakan ternak
9.45.2. Pengembangan perbibitan ternak
9.45.3. Pengembangan budidaya ternak
9.45.4. Pengembangan kesehatan hewan
9.45.5. Penjaminan pangan asal hewan yang aman
9.46. Pemain
utama usaha eksportir obat hewan
9.47. Kisah sukses para pebisnis veteriner
BAB
X TARGET DAN PASAR VAKSIN
10.1. Aspek target
10.2. Pasar vaksin
10.3. Faktor kesuksesan vaksinasi
10.4.1. Vaksinasi HPAI di Indonesia
10.4.2. Kebijakan
vaksinasi
BAB
XI PERKEMBANGAN PAKAN TERNAK DI INDONESIA
11.1. Produsen pakan ternak dan kapasitas
produksinya
11.2. Konsumsi pakan ternak Indonesia
11.3. Sebaran industri pakan ternak
11.4.
Pemain utama industri pakan ternak
11.5. Minat
investasi pada industri pakan ternak masih tinggi
11.5.1. Keunggulan investasi
11.5.2. Gambaran pasar
11.5.3. Harga pakan
11.5.4. Persaingan
usaha di pasar pakan ternak
11.5.5. Strategi pemasaran
11.5.6. Gambaran teknis
11.5.7. Kebutuhan investasi
11.5.7.1. Kelayakan usaha
11.5.7.2. Hubungan stakeholders
11.6. Perkembangan produksi
dan konsumsi pakan ternak
BAB XII PROSPEK
INDUSTRI OBAT HEWAN
12.1. Bisnis obat
hewan sangat menjanjikan
12.2. Penilaian kelayakan izin usaha produsen obat
hewan
BAB XIII DUKUNGAN
KESEHATAN HEWAN
BAB XIV RINCIAN
DAFTAR GOLONGAN OBAT HEWAN
14.1. Anestetika
local
14.2. Antiseptika
dan desinfektansia
14.3. Anti bacteria
14.4. Anti mikotik
14.5. Anti protozoa
14.6. Anthelmintika
14.7. Anti
ektoparasit
14.8. Diuretika
14.9. Obat
pencernaan lain
14.10. Hematinik,
ruboransia dan tonika
14.11. Anti
defisiensi vitamin, mineral dan asam amino
14.12. Analgesika,
antipiretika dan anti inflamasi
14.13. Hormon
reproduksi
14.14. Anti
histaminika dan anti alergi
14.15. Obat yang
bekerja secara lokal
14.16. Vaksin hewan
kesayangan
14.17. Imbuhan pakan (feed additive)
BAB XV DEMAND DAN SUPPLY VAKSIN HEWAN
15.1. Permintaan vaksin ayam
15.2. Ketersediaan vaksin ayam
15.3. Keadaan vaksin non unggas
15.4. Potensi dan peluang pengembangan vaksin hewan
15.5. Produsen vaksin hewan di Indonesia
15.6. Ketersediaan dan potensi isolat lokal
15.7. Peluang pengembangan vaksin di dalam negeri
15.8. Strategi pengembangan
15.9. Reorientasi penelitian dan pengembangan vaksin
15.10. Pemanfaatan sumber daya dalam negeri
15.11. Meningkatkan kapasitas produksi vaksin dalam negeri
15.12. Membentuk unit produksi vaksin pada lembaga penelitian dan
perguruan tinggi
15.13. Kebijakan pemerintah dalam pengembangan industri vaksin hewan
15.14. Vaksinasi ayam mencegah kerugian pada usaha peternakan
15.14.1. Vaksinasi
lindungi ayam dari virus ND dan IB baru
15.14.2. Kasus meningkat
15.14.3. Solusi
BAB
XVI PERKEMBANGAN INVESTASI SEKTOR
PETERNAKAN
16.1. Nilai investasi PMDN
Peternakan, 2008-2012 (Rp Juta)
16.2. Nilai investasi PMA
peternakan, 2008-2012 (US$ ribu)
BAB
XVII PENUTUP
17.1. Kesimpulan
17.2. Saran
17.3. Prospek
DIREKTORI
SAMPLE OF COMPANY PROFILE
CARGILL INDONESIA, PT
Address : Head Office
Wisma 46 – Kota BNI
28th Fl. – Suite 2801
Jl. Jend. Sudirman Kav. 1
Jakarta 10220, Indonesia
Tel.: +62-21-5746868
Fax: +62-21-5745757
http://www.cargill.co.id/
Starches & Sweeteners
PT Sorini Agro Asia Corporindo Tbk.
Head office
Jl. Raya Gempol-Pandaan,
Gempol, Jawa Timur
Tel.: +62 343 631 776
Fax: +62 343 631 779
Regional Office -
Jakarta
Wisma 46 – Kota BNI
24th Fl. – Suite 2401
Jl. Jend. Sudirman Kav. 1
Jakarta 10220
Tel.: +62-21-2924-0100
Fax: +62-21-2924-0127
Cargill Sugar
PT Cargill Indonesia
Head Office
Wisma 46 – Kota BNI
28th Fl. – Suite 2801
Jl. Jend. Sudirman Kav. 1
Jakarta 10220
Tel.: +62-21-5746868
Fax: +62-21-5745757
Cargill Grain & Oilseeds
PT Cargill Indonesia
Head office
Wisma 46 – Kota BNI
28th Fl. – Suite 2801
Jl. Jend. Sudirman Kav. 1
Jakarta 10220
Tel.: +62-21-5746868
Fax: +62-21-5745757
Medan operation office
Jl. Hang Jebat No. 2, Medan
Tel.: +62-61-4562722
Fax: +62-61-4562533
Amurang copra crushing facility
Jl. Trans Sulawesi
Kel. Kawangkoan Bawah Lingk. 10
Kec. Tombasian
Amurang, North Sulawesi 95354
Tel.: +62-430-22688
Fax: +62-430-22677
Cargill Cocoa
PT Cargill Indonesia
Jl. Kima 9
Kav L 7B Daya
Makasar, South Sulawesi, 90241
Tel.: +62-411-514361
Fax: +62-411-514370
Tropical Palm
Head office
Wisma 46 – Kota BNI
Lantai 28 – Suite 2801
Jl. Jend. Sudirman Kav. 1
Jakarta 10220
Tel.: +62-21-5746868
Fax: +62-21-5745757
PT Hindoli plantation and mills
Jl. Raya Palembang-Jambi
Desa Teluk Kemang
Kecamatan Sungai Lilin
MUBA
South Sumatera
Tel.: +62-714-321818 / 62-21-52896408
Fax: +62-714-331227 / 62-21-52896407
PT Harapan Sawit Lestari plantation and mills
Desa Manismata
Kecamatan Manismata
Kab. Ketapang
West Kalimantan
Tel.: +62-21-30022988
Fax: +62-21-30022987
Feed and Nutrition
PT Cargill Indonesia
Gunung Putri
Jl. Raya Tlajung Udik
Gunung Putri
Citeureup, Bogor 16962
West Java
Tel.: +62-21-8672263 (Hunting), 8675302
Fax: +62-21-8672533
Customer Service:
Tel.: +62-21-8672856
Serang
Jl Raya Jakarta - Serang Km 68
Kawasan Industri Modern Cikande
Jl. Modern Industri VI Kav. 2-4
Cikande-Serang, 42156, Banten
Tel.: +62-254-400417 (Hunting)
Fax: +62-254-400603
Customer Service:
Tel.: +62-254-404038
Pasuruan
Jl. Raya Balongwatu, Ds. Cangkringmalang
Kec. Beji. Pasuruan 67154
East Java
Tel.: +62-343-656034, 656035
Fax: +62-343-656036
Customer Service:
Tel.: +62-343-656604
Fax: +62-343-657214
Makassar
Jl. Kapasa Raya No.22
Kp. Bira Kec. Tamalanrea
Makassar 90244, South Sulawesi
Tel.: +62-411-510140, 514365
Fax: +62-411-510138
Customer Service:
Tel.: +62-411-513183
Semarang
Jl. Walisongo No. 395A KM 9,6
Kel. Tugurejo, Kec. Tugu
Semarang
Central Java
Tel.: +62-24-8664212 (Hunting)
Fax: +62-24-8664211
Customer Service:
Tel.: +62-24-8665138
Medan
Jl. Medan - Tj. Morawa KM 13,5
Desa Limau Manis
Deli Serdang, North Sumatra 20362
Tel.: +62-61-7941333 (Hunting),
+62-61-7941222 (Hunting)
Fax: +62-61-7946465
Customer Service:
Tel.: +62-61-7946467, +62-61-7946468
Fax: +62-61-7941236
Date
of Establishment : 3 October 1973
Legal
Status : PT (Limited Liability Company)
Category
: Foreign Investment (PMA) Company
P e r m i t s : The President of the Rep. Indonesia
No. B-79/Pres/9/1972,
12 Sept. 1972
The
Capital Investment Coord. Board
- No.
26/II/PMA/1983, 5 Sept. 1983
- No.
25/II/PMA/1986, 2 Oct. 1986
- No.
20/II/PMA/1988, 9 June 1988
- No.
64/II/PMA/1991, 24 May 1991
- No.
11/II/PMA/1992, 17 Feb. 1992
- No. 217/II/PMA/1994,
28 Nov. 1994
- No.
80/II/PMA/1996, 11 April 1996
- No.
4/II/PMA/1997, 9 January 1997
- No.
109/II/PMA/1998, 18 August 1998
- No.
103/II/PMA/1999, 11 June 1999
- No.
141/II/PMA/2000, 5 July 2000
- No.
328/II/PMA/2005, 10 Nov. 2005
- No.
209/II/PMA/2007, 22 June 2007
The
Department of Industry
- No.
972/M/SK/XII/1972 4 Dec. 1972
- No.
314/DJAI.IUT-I/PMA/1993
Dated 19 October 1993
Lines of Business : a.
Animal Feed Industry and Hibrida Corn Seeds Farming
b. General Trading,
Export-Import and Distributor Services
Production
Capacity : Initial
Hybrida Corn
Seeds – 9,000 tons
p.a.
Animal Feeds
–
386,000 tons p.a.
DOC Final
Stock Broiler – 7,000,000 heads
p.a.
DOC Final
Stock Layer – 3,000,000 heads p.a.
DOC Parent
Stock Broiler – 560,000 heads
p.a.
DOC Parent
Stock Layer –240,000 heads
p.a.
Expansion
Unit (2005)
Cocoa Bean – 30,000 tons p.a.
Animal Feeds
–
36,000 tons p.a.
Dry Coffee
Bean –
30,000 tons p.a.
Trading
Export & Distribution – US$
447,150,000
Coconut Oil –
100,000 tons p.a.
Palm Kernel
(PK) – 20,000 tons p.a.
Copra
(Extract) – 60,000 tons p.a.
Expansion
(2007)
Animal Feeds
–
120,000 tons p.a. Semarang)
Fish Feeds –
36,000 tons p.a. (Serang)
Market
: Export – 100%
Capitalization : Authorized
Capital - US$ 4,100,000
Issued
Capital - US$ 4,100,000
Paid Up
Capital - US$ 4,100,000
Shareholder (s) : CARGILL
INCORPORATED of The USA
CARGILL ASIA
PACIFIC of the USA
Total Investment : Initial
Equity
Capital - US$ 4,100,000
Re-invested
Profit - US$ 3,080,100
Loan Capital
-
US$ 6,033,900
Total
Investment - US$ 13,214,000
Expansion
(2005)
Equity
Capital - US$ – - -
Loan Capital
-
US$ 33,840,000
Total
Investment - US$ 33,840,000
Expansion
(2007)
Equity
Capital - US$ – - -
Loan Capital
-
US$ 8,298,000
Total
Investment - US$ 8,298,000
B a n k e r (s) : The
CITIBANK N.A.
PT Bank CIMB
NIAGA Tbk.
Started
Operation : 1975
Total
Employees : 558 persons
Supervisory Board
: Chairman
– Mr. Robert Edward
McRae
Member – Mr. Jeral
Silvester D’Souza
Board of
Management : President Director –
Mr. Robert Burton
Vice Pres. Director – Mr. Taufiq Hidayat
Director (s)
– Mr. Dekie Pieter
Sumakul
-
Mr. Andianto Gowidjaja
Associated
Companies : a. CARGILL INCORPORATED of the USA (Investment Holding)
b. CARGILL
ASIA PACIFIC of the USA (Investment Holding)
R E M A R K S
:
Products & Services
Our expansive operations comprise sourcing, processing,
handling, shipping and marketing of a wide range of agricultural, food and
energy products and related services including:
Corporate responsibility
- Foster responsible and
sustainable development,
- Help protect the
environment, and
- Nourishing the people and
possibilities that reside in local communities.
Cargill Overview
Cargill
provides food, agriculture, financial and industrial products and services to
the world. Together with farmers, customers, governments and communities, we
help people thrive by applying our insights and nearly 150 years of experience.
We have 143,000 employees in 67 countries who are committed to feeding the
world in a responsible way, reducing environmental impact and improving the
communities where we live and work.
Financial highlights
In fiscal year 2013, Cargill had $136.7 billion in sales
and other revenues. Net earnings were $2.31 billion.
US
Dollars in millions
|
2013
|
2012
|
Percent
change
|
Sales and other revenues
|
$136,654
|
$133,859
|
2
|
Net earnings
|
$2,312
|
$1,175
|
97
|
Cash flow from operations
|
$4,179
|
$3,507
|
19
|
Products & services
Our
expansive operations in Indonesia comprise sourcing, processing, handling,
shipping and marketing of a wide range of agricultural, food and energy
products and related services including:
Animal Nutrition
Cargill provides customized animal productivity solutions
to commercial producers across the Americas, Europe, and Asia. Rather than
focusing on standardized nutrition products, we create customized ingredient
blends and management programs to fit each situation.
Nutrition
is a key driver of animal performance
To run a successful business, livestock farmers must
manage a multitude of factors that impact the development, growth, health and
productivity of their animals. Many aspects of an animal’s performance and
productivity are greatly influenced by nutrition. As the animal’s lifecycle
progresses, nutritional needs may change, and production goals also drive
nutrition requirements.
Our Cargill animal nutrition consultants, who are experts
in their respective fields, work with farmers to tailor-make
performance-oriented feeding programs through which animals receive the right
nutrients in the right quantities at the right times. With our innovative
feeding solutions we help to deliver optimum development, growth, health and
performance of animals, and contribute to the success of farming operations.
In
Indonesia
We started our animal nutrition business in Indonesia in
1974 by establishing a small feed mill in Bogor, West Java. Over the years our
business grew substantially, and we now serve hundreds of farmers across
Indonesia with customized animal nutrition solutions for poultry, pork, and
aquaculture. We manufacture over 100 different kinds of high quality feed
products in six feed mills that we own and operate. These are located in:
- Deli
Serdang, North Sumatra,
- Serang,
Banten,
- Gunung
Putri, West Java,
- Semarang,
Central Java,
- Pasuruan,
East Java, and
- Makassar,
South Sulawesi.
To
help livestock and aquaculture farmers improve the productivity, health and
welfare of their animals - and ultimately increase their incomes and
livelihoods – we initiated a livestock farmer-training program. Since its inception in the year 2000, over 2,000
Indonesian livestock farmers already benefited from this program.
Feed
for Food™
At Cargill food and feed safety is a top priority. With
our Feed for Food™ program, we aim to redefine quality and safety standards in
animal feed. Throughout Indonesia, our feed mills operate at a high level of
feed quality and safety standards. We meet all regulatory requirements for our
products, and work closely with our suppliers to make sure that the proper
controls are in place for all ingredients supplied to Cargill.
Cargill is the first Indonesian animal feed producer to
obtain the internationally recognized HACCP certification for feed mills. HACCP
stands for “Hazard Analysis and Critical Control Points” and is a systematic
and preventative approach to address food and feed safety hazards. HACCP is not
required in the animal feed industry in Indonesia. By voluntarily introducing
HACCP we want to show that we have the processes and systems to provide safer
feeds to Indonesian livestock and aqua farmers.
Poultry feed
Strong and healthy poultry is important to achieve optimum
egg and meat production. Poultry farmers must successfully manage a multitude
of factors that impact both the development and growth of their birds as well
as their animals’ productivity once maturity is reached. Our expert animal
nutrition consultants work with poultry farmers to help them:
- Understand
the genetics of their birds’ performance potential,
- Evaluate
their environmental management practices that impact bird development and
productivity,
- Identify
nutritional limitations in their current feeding regimes, and
- Propose
new animal nutrition solutions to ensure that the birds receive the right
feed at the right time.
In Indonesia, we offer farmers a broad range of
innovative poultry feed products including base mixes, concentrates and
complete feeds designed to deliver optimum development, growth, health and
performance of chickens – both broilers and layers – as well as ducks, quails
and other poultry.
Broilers
Our comprehensive broiler feed solutions include
medicated and non-medicated starters, growers, and finishers. We also provide
pre-starter feeds for broiler breeder as well as feed products for commercial
broilers and native broilers.
Layers
Our wide array of products for egg layers includes feed
solutions for pre-starters, starters, pullets, pre-layers and layers at
different phases, as well as layer breeder feed.
Ducks,
quails and other poultry
In
addition to feed for chickens, we also provide innovative nutrition solutions
for:
- Meat
ducks, layer ducks, and duck breeders,
- Meat
quail and layer quail, as well as
- Native geese, guinea fowl,
ostriches, partridges, pigeons, singing birds, and other bird species.
Aqua feed
We are committed to creating innovative solutions for
improving aquaculture productivity. Our aquaculture consultants tap an
extensive pool of knowledge, experience and research to offer farmers the best
possible nutrition solutions and services for their cultivated species.
We provide a wide assortment of floating and sinking
aquaculture nutritional products that take into account life stages, culture
systems, management practices and feeding preferences. An extensive set of
proprietary tools developed over the years helps our animal nutrition
consultants to create formulations and feeding programs that deliver measurable
results. Standard formulation feeds are
available for the following fish species:
- Common
Carp
- Tilapia
- Clarias
Catfish
- Pangasius
Catfish
- Colossoma
- Milkfish
- Giant
Gouramy
- Sea Bass
- Groupers
FORMULIR
PESANAN
ORDER FORM
Kirimkan
kepada kami buku : “STUDI TENTANG KONDISI PASAR DAN
PROSPEK INDUSTRI OBAT HEWAN DI INDONESIA”, 2014.
Send us the book :
"STUDY ON THE MARKET CONDITIONS AND PROSPECTS OF VETERINARY INDUSTRY IN INDONESIA”, 2014.
Silahkan
pilih versi buku anda
Please select the version of your book
Versi/version : √ (
) Indonesia atau/or ( )
English
Tanggal Pemesanan : ………………………………………………………
Booking date
Nama Pemesan : ………………………………………………………
Name of buyer
J a b a t a n :
………………………………………………………
P o s i t i o n
Nama Perusahaan : ………………………………………………………
Name of Company
Alamat Perusahaan : ………………………………………………………
Company Address
Telepon/Fax :
………………………………………………………
Phone/Fax
E-mail :
………………………………………………………
Hubungi kami / Contact Us :
DENI SILALAHI (Marketing Department) “Commercial Global Data Research”
Address : Sukamanah RT.
04/06 Cisaat, Sukabumi, West Java – INDONESIA
Phone : +62 (0266) 9296038,
085793929829
Fax : +62 (0266) 241346
E-mail : cg.dataresearch@gmail.com
Pembayaran melalui : √
Cash
Cheque Transfer
Payment via
Nama Bank : BANK OCBC
NISP
Bank
name Cabang
Sukabumi
Nomor Rekening : 14081015480-1
Account
number
Rekening atas nama : ROHIYAH
Account in the name
Buku
pesanan Anda akan segera kami kirim setelah ada konfirmasi dari pihak pemesan.
Book
your order will immediately tell us when there is confirmation from the buyer
Terima
kasih atas kepercayaan anda bermitra dengan kami.
Thank
you for the trust you partner with us.
Pemesan
/ Buyer
Signature,
( …………………………………….. )