Blogger templates

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Monday, June 18, 2018

PENAWARAN BUKU STUDI TENTANG KONDISI PASAR DAN PROSPEK INDUSTRI KOKOA DI INDONESIA - 2018




Garis Besar Isi Buku
STUDI TENTANG KONDISI PASAR DAN PROSPEK
INDUSTRI KOKOA DI INDONESIA, 2018
Outline of Book Contents
STUDY ON THE MARKET CONDITION AND PROSPECT OF COCOA
INDUSTRY IN INDONESIA, 2018

Tersedia / Available :
PRICE :
INDONESIA VERSION is Rp 6,000,000
ENGLISH VERSION is US$ 700


COMMERCIAL GLOBAL DATA RESEARCH (CDR)
Kami adalah sebuah lembaga konsultan, survey, riset dan pelaporan di bidang data riset secara global, menyajikan berbagai informasi bisnis aktual yang meliputi sektor industri manufaktur, pertambangan, perbankan, asuransi, studi kelayakan, dan jasa riset lainnya.
Kami hadir sebagai mitra konsultan anda, untuk memberikan informasi aktual yang diperlukan guna menentukan arah kebijakan dalam mengembangkan perusahaan anda.  Salah satu produk buku studi yang kami tawarkan kepada anda adalah “BUKU STUDI TENTANG KONDISI PASAR DAN PROSPEK INDUSTRI KOKOA DI INDONESIA, 2018.
Kami tawarkan buku tersebut kepada anda seharga Rp.6.000.000 (Enam juta rupiah), belum termasuk biaya pengiriman, membantu para pelaku bisnis pada industri kokoa, membantu para pengambil keputusan, membantu para investor, membantu pihak perbankan atau kreditor, dan pihak lainnya yang terkait, dengan cara melihat peta kekuatan diantara para pesaing/partner anda, baik pesaing dari luar negeri maupun dalam negeri, mempelajari perkembangan ekspor dan impor produk kokoa di Indonesia, mengetahui hambatan dan peluang, mengetahui main market dari setiap perusahaan kokoa, mengetahui pangsa pasar luar negeri, mengetahui susunan Direktur dan Komisaris, serta informasi lainnya yang perlu anda ketahui. (Terlampir contoh profil perusahaan).
Seberapa besar kontribusi perusahaan anda dalam meningkatkan kapasitas produksi guna memenuhi pesanan dari para buyer baik lokal maupun internasional, mencermati setiap peluang yang ada, dan diharapkan dengan memiliki buku ini, perusahaan anda menjadi lebih produktif, efisien, lebih maju dan bersaing secara sehat.

KATA PENGANTAR
Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Disamping itu kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agro industri.
Indonesia sebenarnya berpotensi untuk menjadi produsen utama kakao dunia, apabila berbagai permasalahan utama yang dihadapi perkebunan kakao dapat diatasi serta agribisnis kakao dikembangkan dan dikelola secara baik.
Indonesia masih memiliki lahan potensial yang cukup besar untuk pengembangan kakao, yaitu lebih dari 6,2 juta ha terutama di Irian Jaya, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Maluku dan Sulawesi Tenggara. Disamping itu kebun yang telah dibangun masih berpeluang untuk ditingkatkan produktivitasnya, karena produktivitas rata-rata saat ini kurang dari 50 % potensinya.
Melalui berbagai upaya perbaikan selama ini telah dilakukan, seperti pemberdayaan petani melalui Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) dan Sistem Kebersamaan Ekonomi (SKE) serta penerapan teknologi pengendalian dengan metoda PSPsP (pemangkasan, sanitasi, panensering dan pemupukan) untuk pengendalian PBK dan VSD serta penyediaan benih unggul.
Kakao (Theobrema cacao L) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Disamping itu kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri.
Perkebunan kakao di Indonesia mengalami perkembangan cukup pesat dalam kurun waktu 20 tahun terakhir, dimana pada tahun 2015 lalu, luas areal perkebunan kakao Indonesia tercatat seluas 1,72 juta ha. Sebagian besar (88,48 %) dikelola oleh perkebunan rakyat, 5,53 % dikelola perkebunan besar negara dan 5,59 % perkebunan besar swasta dengan sentra produksi utama adalah Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Lampung dan Sumatera Utara.
Dari segi kualitas, kakao Indonesia tidak kalah dengan kakao dunia dimana bila dilakukan fermentasi dengan baik dapat mencapai cita rasa setara dengan kakao yang berasal dari Ghana, dan kakao Indonesia mempunyai kelebihan yaitu tidak mudah meleleh. Sejalan dengan keunggulan tersebut, peluang pasar kakao Indonesia cukup terbuka baik ekspor maupun kebutuhan dalam negeri. Dengan kata lain, potensi untuk menggunakan industri kakao sebagai salah satu pendorong pertumbuhan dan distribusi pendapatan cukup terbuka.

Industri kokoa Indonesia
Indonesia saat ini berada pada posisi ketiga dalam produksi kakao dunia dengan kontribusi sebesar 16,24 persen, sementara produksi tertinggi diraih oleh negara Pantai Gading dengan kontribusi sebesar 31,90 persen, sementara posisi kedua diraih oleh negara Ghana dengan kontribusi sebesar 19,05 persen.
Pertumbuhan agrobisnis kakao Indonesia berkembang sangat fluktuatif sejak tahun 1980, dan pertumbuhan luas areal perkebunan 13,19 persen per tahun, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh perkebunan swasta nasional dengan rata-rata pertumbuhan 17,53 persen per tahun, sementara perkebunan negara hanya 10,16 persen, dan pertumbuhan perkebunan rakyat sebesar 17,16 persen per tahun.
Pada akhir tahun 2017 lalu, luas areal tanaman kebun kakao Indonesia 1,72 ribu hektar, dimana luas perkebunan rakyat adalah yang terluas hampir 95 persen atau seluas 1,68 ribu hektar dari total areal perkebunan nasional, dan selebihnya adalah perkebunan swasta nasional dan perkebunan negara.
Luas perkebunan coklat berdasarkan propinsi berada di propinsi Sulawesi Tengah yang mempunyai kontribusi sebesar 16,54 persen dari total luas kebun kakao nasional, kemudian diikuti oleh propinsi Sulawesi Selatan dengan kontribusi 14,60 persen, selanjutnya propinsi Sulawesi Tenggara dengan kontribusi 14,59 persen dan propinsi Sulawesi Barat yang berkontribusi sebesar 10,5 persen, dan secara umum sentra perkebunan coklat Indonesia terfokus di pulau Sulawesi dengan kontribusi 56,23 persen dari total luas perkebunan kakao nasional.
Produksi biji kakao Indonesia dari tahun ke tahun terjadi fluktuasi, baik itu pada perkebunan rakyat, perkebunan swasta nasional maupun perkebunan negara adalah sebesar 411,50 ton per tahun, dengan tingkat pertumbuhan 14,01 persen, produksi biji kakao Indonesia mulai membaik sejak tahun 2001 yang telah menyentuh angka 536.804 ton per tahun, dan hingga akhir tahun 2017 produksi kakao Indonesia sebesar 760,4 ribu ton, dan produksi tertinggi diraih pada tahun 2010 dengan produksi sebesar 837,9 ribu  ton.
Sentra produksi biji kakao di Indonesia dalam kurun waktu 2012 hingga 2016 mengikuti sentra perkebunan kakao yakni di wilayah pulau Sulawesi, dengan sentra produksi berada di propinsi Sulawesi Tengah dengan rata-rata 156,2 ribu ton per tahun, kemudian Propinsi Sulawesi Selatan dengan produksi rata-rata sebesar 120 ribu ton per tahun dan propinsi Sulawesi Tenggara dengan produksi 119,1 ribu ton per tahun. Diluar tiga wilayah propinsi di Sulawesi tersebut, propinsi lain yang mulai menggeliat produksinya adalah propinsi Sumatera Barat dengan produksi 55,5 ribu  ton per tahun.
Dari sudut produktivitas berdasarkan pengusahaannya untuk perkebunan rakyat hanya mampu meraih 0,42 ton per hektar, perkebunan negara meraih produktivitas 0,71 ton per hektar dan perkebunan swasta nasional meraih 0,70 ton per hektar per tahunnya, atau rata-rata produktivitas produksi hasil perkebunan kakao Indonesia adalah 0,61 ton per tahun per hektar.
Pada tahun 2007 hingga 2010 industri pengolahan biji kakao di Indonesia berjumlah 16 perusahaan dengan kapasitas terpasang 305 ribu ton per tahun, tetapi yang berproduksi hanya 180,5 ribu ton per tahun, seiring dengan berjalannya waktu saat ini ada sebanyak 16 industri pengolahan biji coklat yang masih berproduksi dengan total kapasitas produksi terpasang 721,2 ton per tahun, sementara 9 industri pengolahan kakao yang tutup atau mati suri dengan total kapasitas produksi 160 ton per tahun.
Neraca perdagangan ekspor dan impor kakao Indonesia mengalami surplus dari seluruh ekspor dan impor baik dalam bentuk biji, buah, pasta, butter, powder dan makanan mengandung coklat dengan surplus volume sebesar 2,05 juta ton dengan nilai US $ 6,36 milyar.
Dalam studi ini dijelaskan secara rinci seluruh aktivitas impor-impor dari tahun 2014 hingga 2018, juga tujuan ekspor dan asal negara impor kakao dalam seluruh aktivitas percoklatan yang telah dibagi dalam harmonize system (HS).
Konsumsi coklat nasional masih terbilang sangat kecil sekitar 0,29 kg per kapita per tahun, atau 1,03 kg per KK per tahun, sangat kecil bila dibandingkan dengan konsumsi coklat negara Swiss dengan tingkat konsumsi sebesar 10,92 kg per kapita per tahun, dan untuk wilayah Asia Aceania konsumsi coklat terbesar diraih oleh negara Australia dengan konsumsi coklat 5,54 kg per kapita per tahun, sementara Jepang hanya mampu mengkonsumsi 2,15 kg per kapita per tahun. Dari hasil proyeksi yang dilakukan tahun 2017-2020, produksi kakao akan terus mengalami peningkatan hingga pada tahun 2020 dengan rata-rata pertumbuhan 2,57 persen per tahun. Begitu juga dengan konsumsi nasional kakao juga diproyeksikan akan meningkat dengan bertambahnya jumlah penduduk dengan rata-rata pertumbuhan 1,04 % per tahun.

Tahun 2017, impor kakao Indonesia tertinggi sepanjang sejarah
Ketua umum Dewan Kakao Indonesia, Soetanto Abdoellah mengungkapkan, Indonesia melakukan impor biji kakao sebanyak 200.000 ton pada 2017, ini merupakan angka tertinggi impor kakao selama ini.
"Padahal sebelumnya tidak pernah. Kita paling tinggi 2 tahun lalu itu 110.000 ton. Rata-rata biasanya hanya 60.000 ton sebelumnya. Jadi kemarin itu (tahun 2017) yang tertinggi. Kita harus tingkatkan produksi," ujarnya di Gedung Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta Pusat.
Oleh sebab itu, dia memandang perlunya ada langkah khusus yang diambil pemerintah untuk menggenjot produksi kakao dalam negeri sehingga tidak perlu impor terlalu banyak.
Deputi II Bidang Pertanian dan Pangan Kementerian Koordinator Perekonomian, Musdalifah mengakui, bahwa produksi kakao (buah coklat) di Indonesia masih jauh dari kebutuhan. Pada 2017, hanya ada sekitar 400.000 ton kakao, padahal kebutuhan industri sekitar 800.000 ton.
Musdalifah menilai, rendahnya produksi kakao disebabkan masih minimnya wawasan petani tentang cara peningkatan produksi. "Produktivitas kita masih rendah, buktinya produksi hanya 400.000 ton tahun 2017," katanya.
Oleh karena itu, dia mengungkapkan bahwa pemerintah telah mengupayakan berbagai cara untuk meningkatkan produksi kakao dalam negeri, hal ini agar Indonesia tidak perlu impor.
"Memang ada impor, tetapi itu kadang-kadang kakao kita harus dicampur, jadi bukan karena kita kurang produksi. Kadang-kadang kita harus impor, tetapi karena rasa, karena kita kan industri olahan. Rasa dari masing-masing negara itu berbeda-beda," ujarnya.
Beberapa negara asal kakao impor diantaranya adalah Pantai Gading dan Ghana. Adapun jenis kakao yang diimpor adalah kakao industri yang mempunyai varian rasa berbeda dengan kakao produksi dalam negeri.
"Paling tidak kalau kita mau punya daya saing terkait rasa, selera harus kita penuhi, harus kita campur-campur dengan kakao impor".
Berdasarkan data rata-rata produksi kakao Indonesia selama lima tahun terakhir (tahun 2013-2017), sentra produksi kakao di Indonesia terdapat di 6 (enam) provinsi, yaitu Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Sumatera Barat, Lampung dan Sumatera Utara. Keenam provinsi tersebut memberikan kontribusi kumulatif sebesar 80,19%.
Sulawesi Tengah menempati urutan pertama dengan kontribusi sebesar 21,69%. Peringkat kedua ditempati oleh Sulawesi Selatan dengan kontribusi sebesar 16,59%, diikuti oleh Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat dengan kontribusi masing-masing sebesar 16,45% dan 10,01% (lihat grafik di bawah), sedangkan kontribusi produksi dari Sumatera Barat, Lampung dan Sumatera Utara kontribusinya kurang dari 10%.


Grafik- Provinsi sentra kakao di Indonesia




DAFTAR ISI


BAB I     PENDAHULUAN
1.1.  Latar belakang
1.2.  Tujuan dan ruang lingkup
1.3.  Sumber data dan informasi

BAB II   PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS KAKAO DI INDONESIA
2.1.   Perkembangan luas areal kakao di Indonesia
2.2.   Perkembangan produksi dan produktivitas kakao di Indonesia
2.3.   Sentra produksi kakao di Indonesia
2.4.   Perkembangan konsumsi kakao di Indonesia
2.5.   Perkembangan harga kakao di tingkat produsen
2.6.   Struktur ongkos usaha tani kakao di Indonesia
2.7.   Perkembangan ekspor dan impor kakao Indonesia
2.7.1. Perkembangan volume ekspor dan volume impor kakao Indonesia
2.7.2. Perkembangan nilai ekspor dan impor kakao Indonesia
2.7.3. Neraca perdagangan kakao Indonesia
2.7.4. Negara tujuan ekspor kakao Indonesaia
2.7.5. Negara asal impor kakao Indonesia
2.7.6. Negara sentra luas tanaman menghasilkan, produksi dan produktivitas kakao di dunia

BAB III  PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN KONSUMSI KAKAO
3.1.   Produksi kakao Indonesia
3.2.   Konsumsi kakao Indonesia

BAB IV  PERKEMBANGAN EKSPOR – IMPOR
4.1.   Ekspor menurut komoditi (HS Kode: 1801000000-1806904000) Tahun 2013-2018
4.2.   Impor menurut komoditi (HS Kode: 1801000000-1806904000) Tahun 2013-2018

BAB V   MARKET BRIEF KAKAO DI BEBERAPA NEGARA
5.1.   Korea Selatan
5.1.1. Peluang dan strategi penetrasi pasar
5.1.1.1.    Kakao review
5.1.1.2.    Perdagangan kokoa di dunia
5.1.1.3.    Perdagangan kokoa di Korea Selatan
5.1.1.3.1.   Konsumsi kokoa di Korea Selatan
5.1.1.3.2.   Trend impor kokoa di Korea Selatan
5.1.1.3.3.   Perdagangan kokoa di Indonesia
5.1.1.3.4.   Kebijakan tariff
5.1.1.3.5.   Produk-produk berbahan kokoa di Korea Selatan
5.1.1.3.6.   Strategi memasuki pasar
5.1.1.4.   Regulasi produk kokoa kode HS 18 di Korea Selatan
5.2.   Jepang
5.2.1. Biji kakao Indonesia
5.2.1.1.    Kualitas biji kakao Indonesia
5.2.1.2.    Merosotnya produksi biji kakao Indonesia
5.2.1.3.    Tingginya kebutuhan biji kakao dalam negeri
5.2.2. Trend di Jepang untuk biji kakao
5.2.3. Perbandingan harga
5.2.4.  Potensi pasar Jepang
5.2.4.1.   Faktor pendorong potensi pasar
5.2.4.2.   Pertumbuhan kebutuhan biji kakao di Jepang
5.2.4.3.   Ekspor dan impor biji kakao Jepang – Dunia
5.2.4.4.   Potensi pasar ekspor biji kakao di Jepang
5.3.   Peluang usaha produk bubuk kakao (HS 1805) di Italia
5.3.1. Profil Geografi Italia
5.3.2.  Potensi pasar bubuk kakao di Italia
5.3.2.1.    Ekspor bubuk kakao Italia ke dunia
5.3.3. Potensi pasar ekspor bubuk kakao Indonesia di Italia
5.3.4. Regulasi impor bubuk kakao di Italia
5.3.5.  Saluran distribusi bubuk kakao di Italia
5.3.6. Hambatan dan tantangan lainnya
5.3.7.  Peluang dan strategi
5.3.7.1.   Peluang
5.3.7.2.   Strategi
5.3.8. Informasi penting
5.3.8.1.   Kedutaan Italia di Indonesia
5.3.8.2.   Trade Promotion Office Italia di Indonesia
5.3.8.3.   Asosiasi Dagang Italia di Indonesia
5.3.8.4.   Kantor Promosi Perdagangan Indonesia di Italia
5.3.8.5.   Perwakilan Indonesia di Italia
5.3.8.6.   Asosiasi Produk Kakao dan Coklat di Italia
5.3.8.7.   Daftar pameran produk kakao dan coklat di Italia
5.3.9. Daftar importer produk kakao olahan dan coklat di Italia
5.3.10. Referensi

BAB VI  KONDISI PASAR
6.1.   Permintaan meningkat, harga kakao membaik
6.2.   Industri kakao olahan serap investasi Rp 6 triliun
6.3.   Industri kakao minta pemerintah turun tangan, pastikan pasokan bahan baku
6.4.   Industri kakao terancam punah
6.5.   Tahun 2018, Produksi kakao nasional sebesar 250.000 ton
6.6.   Produktivitas rendah, impor biji kakao melejit
6.7.   Produksi kakao turun, apa pemicunya?
6.8.   ICCO : Indonesia bakal disalip Ekuador sebagai produsen kakao ketiga dunia
6.9.   Ini yang membuat coklat punah
6.10. Kapasitas terpasang, kapasitas terpakai kakao menurut produsennya
6.11. Peta kakao Indonesia
6.12. Harga kakao meningkat, petani gembira
6.13. Lima produsen kakao terbesar di Indonesia
6.14. Perkembangan luas areal dan produksi perkebunan kakao Indonesia
6.15. Perkembangan produksi biji kakao
6.16. Perkembangan ekspor impor biji kakao
6.17. Perkembangan volume dan nilai ekspor biji kakao
6.18. Perkembangan impor biji kakao
6.19. Kebijakan nasional dalam hilirisasi industri pengolahan kakao
6.19.1. Profil industri kakao
6.19.2. Volume ekspor biji kakao dan kakao olahan
6.19.3. Volume impor biji kakao dan kakao olahan
6.19.4. Permasalahan
6.19.5. Kebijakan pengembangan kakao 5 tahun ke depan
6.20. ASKINDO perkirakan produksi kakao 270.000 ton di 2018
6.21.   Industri butuh kakao 800.000 ton/tahun, Kementan: Baru bisa di 2020
6.22. Harga kakao naik, Kalla Group jalin kemitraan di Konawe Utara
6.23. Pengembangan industri pengolahan kakao
6.24. Penerapan bea keluar, dorong industri hilir kakao domestik

BAB VII STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI)
7.1.   Pemerintah terapkan SNI wajib pada produk kakao bubuk
7.2.   Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia tentang SNI kakao bubuk
7.3.   SNI 3747:2009

BAB VIII         STATISTIK KAKAO

BAB IX  PENUTUP
9.1.   Kesimpulan
9.2.   Saran
9.3.   Proyeksi prospek produksi kakao Indonesia 5 tahun ke depan

DIREKTORI (PROFIL PERUSAHAAN)
================================================= 

SAMPLE OF COMPANY PROFILES

BUMITANGERANG MESINDOTAMA, PT
A d d r e s s                             :    Head Office & Factory
                                                    Jalan Dipati Unus No. 30
                                                    Kp. Cibodas, Desa Cibodas, Jati Uwung
                                                    Tangerang 15138 – Banten
                                                    Phones         : (021) 5585870, 55797208, 55764163
                                                    Fax. : (021) 5585872
                                                    e-mail           : bt@btcocoa.com
                                                    Website        : http://www.btcocoa.com/
Date of Establishment               :    3 February 1993
Legal Status                             :    PT (Limited Liability Company)
Category                                  :    National Private and Domestic
                                                    Investment (PMDN) Company
P e r m i t s                              :    The Capital Investment Coordinating Board
                                                    – No. 145/I/PMDN/2000, Dated 7 Sept 2000
                                                    – No. 43/T/Industri/2006, Dated 12 Jan 2006
                                                    – No. 51/II/PMDN/2007, Dated 8 May 2007
Lines of Business                     :    Chocolate Processing Industry
Production Capacity                  :    Initial
                                                    a. Cocoa Butters          4,400 tons p.a.
                                                    b. Cocoa Powders        5,100 tons p.a.
                                                    c. Cocoa Liquor            3,000 tons p.a.
                                                    Expansion
                                                    a. Cocoa Butters       – 31,000 tons p.a.
                                                    b. Cocoa Powders     – 23,100 tons p.a.
                                                    c. Cocoa Liquor         – 11,500 tons p.a.
Market                                     :    Domestic & Export
Capitalization                            :    Authorized Capital     - Rp. 15,000,000,000
                                                    Issued Capital           - Rp.   5,000,000,000
                                                    Paid Up Capital         - Rp.   5,000,000,000
Shareholder (s)                         :    a. Mr. Hoi Khiong
                                                    b. Mr. Piter Jasman
Total Investment                       :    Initial
                                                    Equity Capital            - Rp.     5,000 million
                                                    Loan Capital             - Rp.   16,800 million
                            Total Investment        - Rp.   21,800 million
                                                    Expansion
                                                    Equity Capital            - Rp.               -
                                                    Loan Capital             - Rp. 268,000 million
                                                    Total Investment        - Rp. 268,000 million
B a n k e r (s)                           :    -    PT. Bank Negara Indonesia Tbk.
-          PT. Bank CEMTRAL ASIA Tbk.
Started Operation                      :    2000
Total Employees                       :    + 150 persons
Supervisory Board                    :    Member (s)    – Mr. Piter Jasman
Board of Management               :    Director (s)    Mr. Thomas Jasman
                                                                        – Mr. Hoi Khiong
                                                                        – Mr. Berlin Jasman
Associated Companies              :    a. PT. BUMITANGERANG ALAM CITRA
                                                        (Hotelry & Restaurant)
                                                    b. PT. BUMITANGERANG COKLAT UTAMA
                                                        (Chocolate Processing)
                                                    c. PT. BUMITANGERANG GA INDUSTRY
                                                        (Chemical Industry)

R E M A R K S :
BT Cocoa is a provider of cocoa to over 50 countries all over the world. With a current grinding capacity of 150 thousand tons per year, we strive for continuous growth and improvement.

We supply cocoa powder, cocoa butter and cocoa liquor to large internationally recognized brands and to local home grown businesses alike.

With this in mind, BT Cocoa has launched BT CARE (Cocoa Assistance and Rehabilitation Efforts), a program aimed at tackling sustainability issues at a grassroots level.

Good quality cocoa products can only be achieved through collaboration with the farmers who grow it. This is the backbone reason that started our BT CARE program on the 7th of July 2012. BT CARE focuses on partnering with farmers, training farmers, rehabilitating farms and buying cocoa direct from farmers at a fair price.

With our large and growing number of buying stations all over Indonesia, we make it easy for farmers to sell directly to us with guarantee of a fair price. Therefore, increasing both the quality of farmers’ lives as well as the quality of cocoa.


---------------------------------------------------------------------------------------



FORMULIR PEMESANAN
ORDER FORM

Kirimkan kepada kami buku     : STUDI TENTANG KONDISI PASAR DAN PROSPEK INDUSTRI KOKOA
                                      DI INDONESIA”, 2018

Send us the book                    : "STUDY ON THE MARKET CONDITIONS AND PROSPECTS OF
                                      COCOA INDUSTRY IN INDONESIA”, 2018

Silahkan pilih versi buku anda
Please select the version of your book
Versi/version : √   (     ) Indonesia  atau/or  (     ) English

Tanggal Pemesanan          : ……………………………………………………………….
Booking date
Nama Pemesan                  : ……………………………………………………………….
Name of  buyer
J a b a t a n                           : ……………………………………………………………….
P o s i t i o n
Nama Perusahaan             : ……………………………………………………………….
Name of Company
Alamat Perusahaan            : ……………………………………………………………….
Company Address
Telepon/Fax                        : ……………………………………………………………….
Phone/Fax
E-mail                                    : ……………………………………………………………….

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Hubungi kami / Contact Us :
DENI SILALAHI (Marketing Department)
Commercial Global Data Research
Address   :        Sukamanah RT. 04/06 No. 199 Cisaat, Sukabumi 43152
                        West Java – INDONESIA
Phone      :        +62 (0266) 6225566, +62 085793929829;     
E-mail      :        cv.commercialglobaldataresearc@gmail.com

Pembayaran melalui      :          Cash                       Cheque               Transfer
Payment via

Nama Bank                  : BANK OCBC NISP
Bank name                    Cabang Sukabumi

Nomor Rekening                     : 14081015480-1
Account number

Rekening atas nama   :  ROHIYAH
Account in the name

Buku pesanan Anda akan segera kami kirim setelah ada konfirmasi dari pihak pemesan.
Book your order will immediately tell us when there is confirmation from the buyer.

Terima kasih atas kepercayaan anda bermitra dengan kami.
Thank you for the trust you partner with us.

Pemesan/Buyer,



( …………………………………….. )

=======================================