BOOK OFFERS (Study of Business Potential and Main Players - GEOTHERMAL POWER PLANT (PLTP) in Indonesia, 2021-2028)

 NEW EDITIONS

Studi Potensi Bisnis dan Pelaku Utama PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) di Indonesia, 2021-2028

Indonesia tercatat sebagai salah satu negara yang memiliki potensi sumber panas bumi terbesar di dunia, potensinya diperkirakan mencapai 28,52 Gigawatt (GW). Dengan potensi sebesar itu, Indonesia terus menggenjot pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), untuk mengurangi ketergantungan penggunaan batubara yang sumbernya semakin menipis.

Menurut riset CDMI Consulting, dalam enam tahun terakhir kapasitas pembangkit nasional terlihat terus meningkat, walaupun peningkatannya relatif lambat rata-rata 2,3% per tahun. Pada tahun 2015 kapasitas pembangkit nasional sebesar 54.687 MW di tahun 2019 meningkat sebesar 69.978 MW dan diprediksi tahun 2020 sebesar 78.093 MW.

Selain Perusahaan Listrik Negara (PLN), pembangunan PLTP di Indonesia banyak dilakukan oleh PERTAMINA melalui anak usahanya PT. Pertamina Geothermal Energy. Sejak tahun 2015 sampai tahun 2020 pembangkit milik PLN hanya berkapasitas 577,50 MW, sementara total kapasitas pembangkit yang dikelola PLN terus mengalami peningkatan dari 36.052,18 MW di tahun 2015 menjadi 47.021,49 MW di tahun 2020.

Sementara perkembangan kapasitas PLTP non PLN juga terlihat terus meningkat, walaupun kontribusinya terhadap kapasitas nasional relatif masih kecil. Pada tahun 2015 jumlah kapasitas PLTP non PLN sebesar 18.605,54 MW, di tahun 2019 meningkat sebesar 27.292,28 MW dan diprediksi tahun 2020 sebesar 31.071,78 MW.

Besarnya potensi bisnis PLTP di Indonesia membuat investor gencar melakukan pembangunan PLTP di berbagai daerah di Indonesia, antara lain PT. Geo Dipa Energy, Star Energy, PT. Supreme Energy, Surulla Operation Ltd, PT. Sorik Merapi Geothermal Power, PT. Hitay Energy, PT. EDC Indonesia, PT. Optima Nusantara Energi, PT. Sumbawa Timur Mining, PT. ORMAT Geothermal Indonesia dan beberapa perusahaan lainnya.

CDMI Consulting sebagai perusahaan konsultan ekonomi yang independen telah melakukan riset mendalam terkait bisnis PLTP di Indonesia dan akhirnya sukses menerbitkannya dalam sebuah buku yang berjudul “Studi Potensi Bisnis dan Pelaku Utama PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) Di Indonesia, 2021 - 2028”.

Buku ini hanya tersedia di CDMI Consulting, dapat dipesan langsung ke bagian marketing dengan Bapak Deni Silalahi melalui telepon: (0266) 6225566, WhatsApp (WA) 08990905421 atau email: cg.dataresearch@gmail.com.com dengan harga Rp. 9.500.000,- (Edisi Indonesia), Rp. 9.800.000,- (Edisi Inggris)** dan US$ 750 untuk harga luar negeri.

------------------------------------------------------------

Study of Business Potential and Main Players - GEOTHERMAL POWER PLANT (PLTP) in Indonesia, 2021-2028

Indonesia is listed as one of the countries that has the largest potential of geothermal resources in the world, the potential is estimated at 28.52 Gigawatts (GW). With such great potential, Indonesia continues to boost the construction of Geothermal Power Plants (PLTP), to reduce dependence on the use of coal, whose sources are dwindling.

According to CDMI Consulting's research, in the last six years the national generating capacity has continued to increase, although the increase is relatively slow, averaging 2.3% per year. In 2015 the national generating capacity of 54,687 MW in 2019 increased by 69,978 MW and is predicted to be 78,093 MW in 2020.

Apart from the State Electricity Company (PLN), the development of PLTP in Indonesia is mostly carried out by PERTAMINA through its subsidiary PT. Pertamina Geothermal Energy. From 2015 to 2020, PLN's power plants only had a capacity of 577.50 MW, while the total power generation capacity managed by PLN continued to increase from 36,052.18 MW in 2015 to 47,021.49 MW in 2020.

Meanwhile, the development of non-PLN PLTP capacity is also seen to continue to increase, although its contribution to national capacity is still relatively small. In 2015 the total capacity of non-PLN PLTP was 18,605.54 MW, in 2019 it increased by 27,292.28 MW and it is predicted that in 2020 it will be 31,071.78 MW.

The large potential of the geothermal power plant business in Indonesia makes investors aggressively carry out the development of geothermal power plants in various regions in Indonesia, including PT. Geo Dipa Energy, Star Energy, PT. Supreme Energy, Surulla Operation Ltd., PT. Sorik Merapi Geothermal Power, PT. Hitay Energy, PT. EDC Indonesia, PT. Optima Nusantara Energi, PT. East Sumbawa Mining, PT. ORMAT Geothermal Indonesia and several other companies.

CDMI Consulting as an independent economic consulting company has conducted in-depth research related to the geothermal power plant business in Indonesia and finally succeeded in publishing it in a book entitled "Study of Business Potential and Main Actors of GEOTHERMAL POWER PLANT (PLTP) in Indonesia, 2021 - 2028".

This book is only available at CDMI Consulting, can be ordered directly from the marketing department with Mr. Deni Silalahi by telephone: (0266) 6225566, WhatsApp (WA) 08990905421 or email: cg.dataresearch@gmail.com.com for Rp. 9.500.000,- (Indonesian Edition), Rp. 9.800,000,- (UK Edition)** and US$ 750 for overseas prices.

-----------------------------------------

Read More

BOOK OFFER (FINANCIAL PERFORMANCE AND BUSINESS PROSPECTS 55 RICHEST ENTREPRENEURS IN INDONESIA, 2021)

 NEW EDITIONS

PENAWARAN BUKU STUDI

KINERJA KEUANGAN DAN PROSPEK BISNIS

55 PENGUSAHA TERKAYA DI INDONESIA, 2021

Pandemi Covid-19 menimbulkan dampak krisis yang luar biasa bagi bisnis Indonesia. Tidak hanya menjatuhkan ekonomi masyarakat menengah dan bawah, juga berdampak terhadap ekonomi orang-orang terkaya di Indonesia. Pandemi ini telah mengganggu pertumbuhan ekonomi, merontokkan harga saham dan harga komoditi unggulan, sehingga pendapatan beberapa konglomerat terpuruk, utang membengkak sehingga mempengaruhi nilai kekayaannya.

Menurut riset CDMI Consulting, sebelum terjadinya Covid-19, yaitu tahun 2018 dan 2019 pendapatan konglomerat Indonesia melalui gurita bisnisnya meningkat tajam, sehingga menambah pundi pundi kekayaan mereka. Tapi ditahun 2020 akibat pandemi, semua telah berubah, hampir 60 persen dari daftar 55 pengusaha terkaya di Indonesia hartanya menurun. Ada penurunan yang hanya sedikit dan ada yang turun sangat tajam, sehingga beberapa dari mereka tidak lagi masuk dalam deretan pengusaha terkaya di Indonesia pada tahun 2020.

Ada empat pengusaha terkaya yang pada tahun 2020 tersingkir dalam deretan pengusaha terkaya Indonesia, tapi tetap memiliki harta yang besar, diantaranya adalah Rusdi Kirana (LION Group), Aksa Mahmud (BOSOWA Group), Donald Sihombing (TOTALINDO Eka Persada) dan Kardja Rahardjo (Pelayaran Tamarin Samudra). Hebatnya datang lima orang pengusaha terkaya pendatang baru yang sebelumnya tidak masuk dalam deretan pengusaha terkaya Indonesia yaitu Handojo Santoso (JAPFA Comfeed Indonesia), Hermanto Tanoko (TANCORP Abadi Nusantara, Jerry NG (Bank Jago Group), Susanto Suwarto (Elang Mahkota Teknologi/EMTEK). Dan yang sangat menarik, salah satu pendatang baru itu adalah Menteri di era Presiden Joko Widodo yaitu Eric Tohir, yang menjabat sebagai Menteri BUMN.

Konglomerat yang menjalankan bisnis properti, perhotelan dan pariwisata, transportasi udara sangat terpukul dengan kondisi pandemi ini, sektor lainnya adalah industri petrokimia, tekstil, manufaktur, ritel, leasing, perbankan juga mengalami hal yang sama dan beberapa sektor lainnya. Sebaliknya ada beberapa industri yang justru meningkat disaat pandemi ini, seperti industri makanan dan minuman, kelapa sawit, farmasi, alat kesehatan, rumah sakit, telekomunikasi dan informasi, pertanian dan beberapa sektor lainnya.

40 persen dari 55 pengusaha terkaya yang di survey CDMI Consulting, malah memiliki kekayaan yang meningkat dan tidak terpengaruh pandemi. Kinerja group perusahaan dibawah kendalinya sukses membukukan pendapatan yang fantastis. Tahun 2019 lalu, Anthony Salim memiliki kekayaan Rp. 80,8 triliun, ditahun 2020 meningkat Rp. 85,1 triliun dan diprediksi tahun 2021 Rp. 91,0 triliun. Kekayaan Jogi Hendra Atmadja ditahun 2020 ditaksir sebesar Rp. 62,2 triliun dan tahun 2021 diprediksi sebesar Rp. 74,6 triliun.

Pada tahun 2020 total kekayaan Benjamin Setiawan ditaksir Rp. 62,9 triliun dan ditahun 2021 diprediksi Rp. 66,1 triliun. Chairul Tanjung Rp. 56,8 triliun ditahun 2020 dan diprediksi Rp. 62,5 triliun ditahun 2021. Bachtiar Karim Rp. 45,9 triliun ditahun 2020 dan diprediksi Rp. 52,8 triliun ditahun 2021. Martua Sitorus Rp. 32,1 triliun ditahun 2020 dan diprediksi Rp. 34,7 triliun ditahun 2021. Kekayaan beberapa nama pengusaha terkaya lainnya disajikan lengkap di buku studi ini.

Buku ini membahas tentang kinerja group usaha yang dimiliki pengusaha terkaya tersebut, jumlah anak usaha dan afiliasinya, jenis usaha yang dijalankan, kepemilikan saham di beberapa perusahaan ternama, mitra bisnis penting didalam dan luar negeri, anggota keluarga yang aktif dalam group, pihak perbankan yang memberikan kredit dan data penting lainnya terkait pengusaha terkaya yang bersangkutan. Buku studi ini juga dilengkapi dengan laporan keuangan lengkap anak anak perusahaannya dalam tiga tahun terakhir (2018-2020).

Walaupun 55 pengusaha terkaya itu memiliki kekayaan melimpah, namun hutang mereka juga sangat besar yang terlihat dari laporan keuangan nya. Menurut pengamatan CDMI Consulting, dalam tiga tahun terakhir (2018-2020), Induk perusahaan yang menghasilkan pundi pundi kekayaan bagi pengusaha terkaya tersebut, memiliki hutang yang sangat besar, baik dari perbankan dalam negeri maupun dari lembaga keuangan internasional. Jika mereka tidak pandai mengelola utang tersebut, bisa saja menjadi masalah dikemudian hari.

Melihat dinamika bisnis yang dijalankan pengusaha terkaya Indonesia tersebut, sekaligus ingin mengetahui seberapa besar pengaruh covid-19 terhadap pertumbuhan jaringan bisnis mereka, membuat CDMI Consulting tertarik untuk melakukan riset yang mendalam selama 6 bulan dan akirnya sukses menerbitkannya dalam sebuah buku yang berjudul ”Studi : Kinerja Keuangan & Prospek Bisnis 55 PENGUSAHA TERKAYA Di Indonesia, 2021”

Buku studi ini diterbitkan secara ekslusif dan hanya satu satunya di Indonesia. Hanya tersedia di CDMI Consulting, dapat dipesan langsung ke bagian marketing dengan Bapak Deni Silalahi melalui telepon: (0266) 6225566, WhatsApp (WA) 08990905421 atau melalui email: cg.dataresearch@gmail.com dengan harga Rp. 12.800.000,-

 

FINANCIAL PERFORMANCE AND BUSINESS PROSPECTS

55 RICHEST ENTREPRENEURS IN INDONESIA, 2021

The Covid-19 pandemic has had a tremendous crisis impact on Indonesian businesses. Not only bringing down the economy of the middle and lower classes, it also has an impact on the economy of the richest people in Indonesia. This pandemic has disrupted economic growth, knocked down stock prices and leading commodity prices, so that the incomes of several conglomerates slumped, debt swelled, affecting the value of their wealth.

According to CDMI Consulting's research, before the onset of Covid-19, namely in 2018 and 2019 the income of Indonesian conglomerates through their business octopus increased sharply, thus increasing their coffers of wealth. But in 2020 due to the pandemic, everything has changed, almost 60 percent of the list of the 55 richest entrepreneurs in Indonesia has decreased their wealth. There was a slight decline and some fell very sharply, so that some of them are no longer included in the list of the richest entrepreneurs in Indonesia in 2020.

There are four richest businessmen who in 2020 were eliminated from the ranks of Indonesia's richest businessmen, but still have large assets, including Rusdi Kirana (LION Group), Aksa Mahmud (BOSOWA Group), Donald Sihombing (TOTALINDO Eka Persada) and Kardja Rahardjo (Pelayaran) Ocean Tamarind). Amazingly, the five richest newcomers who were previously not included in the list of Indonesia's richest businessmen were Handojo Santoso (JAPFA Comfeed Indonesia), Hermanto Tanoko (TANCORP Abadi Nusantara, Jerry NG (Bank Jago Group), Susanto Suwarto (Elang Mahkota Teknologi/EMTEK) And what is very interesting, one of the newcomers is the Minister in the era of President Joko Widodo, namely Eric Tohir, who served as Minister of BUMN.

Conglomerates that run property, hotel and tourism businesses, air transportation have been hit hard by this pandemic. Other sectors are the petrochemical, textile, manufacturing, retail, leasing, banking and other sectors. On the other hand, there are several industries that have actually increased during this pandemic, such as the food and beverage industry, palm oil, pharmaceuticals, medical devices, hospitals, telecommunications and information, agriculture and several other sectors.

40 percent of the 55 richest entrepreneurs surveyed by CDMI Consulting, even have increased wealth and are not affected by the pandemic. The performance of the group of companies under his control has successfully posted fantastic revenues. In 2019, Anthony Salim had a wealth of Rp. 80.8 trillion, in 2020 an increase of Rp. 85.1 trillion and predicted in 2021 Rp. 91.0 trillion. Jogi Hendra Atmadja's wealth in 2020 is estimated at Rp. 62.2 trillion and in 2021 it is predicted to be Rp. 74.6 trillion.

In 2020 Benjamin Setiawan's total wealth is estimated at Rp. 62.9 trillion and in 2021 it is predicted that Rp. 66.1 trillion. Chairul Tanjung Rp. 56.8 trillion in 2020 and is predicted to be Rp. 62.5 trillion in 2021. Bachtiar Karim Rp. 45.9 trillion in 2020 and is predicted to be Rp. 52.8 trillion in 2021. Martua Sitorus Rp. 32.1 trillion in 2020 and is predicted to be Rp. 34.7 trillion in 2021. The wealth of some of the names of the richest entrepreneurs is presented in full in this study book.

This book discusses the performance of the business group owned by the richest entrepreneur, the number of subsidiaries and affiliates, the type of business being run, share ownership in several well-known companies, important business partners at home and abroad, family members who are active in the group, the banks that provide credit and other important data related to the richest businessmen in question. This study book is also accompanied by complete financial statements of its subsidiaries in the last three years (2018-2020).

Although the 55 richest businessmen have abundant wealth, their debt is also very large, as can be seen from their financial statements. According to CDMI Consulting's observations, in the last three years (2018-2020), the parent company that generates the coffers of wealth for the richest businessman, has a very large debt, both from domestic banks and from international financial institutions. If they are not good at managing the debt, it could become a problem in the future.

Seeing the dynamics of the business run by Indonesia's richest businessman, as well as wanting to know how big the impact of COVID-19 on the growth of their business network, made CDMI Consulting interested in conducting in-depth research for 6 months and finally successfully publishing it in a book entitled "Study: Performance". Finance & Business Prospects 55 RICHEST ENTREPRENEURS In Indonesia, 2021”

This study book is published exclusively and is the only one in Indonesia. Only available at CDMI Consulting, can be ordered directly to the marketing department with Mr. Deni Silalahi by telephone: (0266) 6225566, WhatsApp (WA) 08990905421 or via email: cg.dataresearch@gmail.com for Rp. 12,800,000.

 

Read More